KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya jualah
sehingga kami selaku kelompok V dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Klebsiella
pneumoniae” ini tepat pada waktunya.
Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun kami sangat harapkan demi
kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang................................................................................... 1
2.
Manfaat
............................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
1.
Klasifikasi
Klebsiella......................................................................... 6
2.
Morfologi
dan Sifat-Sifat.................................................................. 8
3.
Sifat
pertumbuhan......................................................................................... 9
4.
Identifikasi......................................................................................... 9
5.
Patogenesitas..................................................................................... 12
6.
Epidemologi
dan Jenis- Jenis Klebsiella............................................ 12
7.
Gejala-gejala
seseorang yang terinfeksi klebsiella............................. 13
8.
Patologi
Rhinosklekroma................................................................... 15
9.
Diagnosis
Laboratorium..................................................................... 16
BAB
III PENUTUP
1.
Kesimpulan........................................................................................ 16
2.
Saran.................................................................................................. 16
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Klebsiella
pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl Friedlander adalah
patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab
pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah orang yang pertama kali
mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumonia dari paru-paru orang yang meninggal
karena pneumonia. Karena jasanya, Klebsiella pneumonia sering pula disebut
bakteri Friedlander. Klebsiella pneumonia adalah bakteri Gram negatif yang
berbentuk batang (basil). Klebsiella pneumonia tergolong bakteri yang tidak
dapat melakukan pergerakan (non motil). Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen,
Klebsiella pneumonia merupakan bakteri fakultatif anaerob.
2.
Manfaat
Dengan
berbagai referensi yang dibutuhkan semoga pembaca dapat mengambil manfaat dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
3.
Klasifikasi Klebsiella pneumoniae
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Orde : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Klebsiella
Species : K. pneumonia
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Klebsiella
Species : K. pneumonia
Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh
Carl Friedlander. Carl Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari
Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia pada tahun 1882. Carl
Friedlander adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi bakteri Klebsiella
pneumonia dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena jasanya,
Klebsiella pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander. Klebsiella pneumonia adalah bakteri Gram
negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella pneumonia tergolong bakteri
yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil). Berdasarkan kebutuhannya
akan oksigen, Klebsiella pneumonia
merupakan bakteri fakultatif anaerob.
Klebsiella pneumonia menyebabkan pneumonia dapat
menginfeksi tempat lain di samping saluran pernafasan. Klebsiella merupakan
suatu bakteri yang menimbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan atas
(hidung) yang kronis dan endemik di
berbagai negara, termasuk Indonesia. Bakteri ini diberi nama berdasarkan penemunya,
yaitu Edwin Klebs, seorang ahli mikrobiologi Jerman di abad ke-19. Bakteri genus Klebsiella termasuk
ke dalam suku Klebsiellae, anggota famili Enterobacteriaceae.
Klebsiella
pneumonia/Fridlander bacillus ditemukan di dalam hidung, flora normal usus dan
akan patogen bila menderita penyakit lain (penyakit paru-paru yang kronis).
1.
Klebsiella ozaena penyebab penyakit azoena :
mukosa hidung menjadi atrpopis progresif dan berlendir serta berbau amis
2.
Klebsiella rhinoscleromatis : penyebab penyakit
rhinocleloma yaitu penyakit menahun berupa granula dengan tanda-tanda sclerosis
dan hipertropi jaringan dan menyebabkan kerusakan hidung dan farings.
3.
Klebsiella aerogenes/Aerobacter
aerogenes
Kuman ini mempunyai sifat sama
dengan E. coli, terdapat di air, tanah, sampah dan lain sebagainya.
Klebsiella pneumonia dapat memfermentasikan laktosa.
Pada test dengan indol, lebsiella pneumonia akan menunjukkan hasil negatif.
Klebsiella pneumonia dapat mereduksi nitrat. Klebsiella pneumonia banyak
ditemukan di mulut, kulit, dan sal usus, namun habitat alami dari Klebsiella
pneumonia adalah di tanah.
Klebsiella
pneumonia dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia adalah proses infeksi akut
yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella pneumonia dapat berupa
pneumonia komuniti atau community acquired pnuemonia. Pneumonia komuniti atau
community acquired pnuemonia adalah pneumonia yang di dapatkan dari masyarakat.
Strain baru dari Klebsiella pneumonia
dapat menyebabkan pneumonia nosomikal atau hospitality acquired pneumonia, yang
berarti penyakit peumonia tersebut di dapatkan saat pasien berada di rumah
sakit atau tempat pelayanan kesehatan.
Klebsiella pneumonia umumnya menyerang orang dengan
kekebalan tubuh lemah, seperti alkoholis, orang dengan penyakit diabetes dan
orang dengan penyakit kronik paru-paru.
2.
Morfologi dan sifat – sifat
a.
Bentuk
batang, Gram negatif
b.
Ukuran
0,5 – 1,5 x 1 – 2 µ
c.
Mempunyai
selubung yang lebarnya 2 – 3 x ukuran kuman
d.
Tidak
berspora, tidak berflagela
e.
Menguraikan
laktosa
f.
Membentuk
kapsul baik invivo atau invitro, sehingga koloni berlendir (mukoid)
g.
Kapsul
terdiri dari antigen K dan antigen M dapat menutupi antigen O, berdasarkan
antigen ini ditemukan 70 tipe dan penentuan dengan
3.
Sifat Pertumbuhan
Coliform ini dapat tumbuh subur dan cepat pada media sederhana, aerobic dan anaerobic fakultatif, dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam (6 – 7,8) dan gas pada pengeraman 37oC selama 24-48 jam. Spesies yang termasuk golongan Coliform antara lain Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, dan Klebsiella pneumonia.
Coliform ini dapat tumbuh subur dan cepat pada media sederhana, aerobic dan anaerobic fakultatif, dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam (6 – 7,8) dan gas pada pengeraman 37oC selama 24-48 jam. Spesies yang termasuk golongan Coliform antara lain Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, dan Klebsiella pneumonia.
4. Identifikasi
a.
Gambaran
Koloni
Koloni bekteri ini berbentuk bulat, tepi koloni rata, cembung, koloni ini terlihat tampak berlendir, dan berwarna abu-abu.
Koloni bekteri ini berbentuk bulat, tepi koloni rata, cembung, koloni ini terlihat tampak berlendir, dan berwarna abu-abu.
Gambar
koloni S.pneumoniae dalam media mack
konkey
b. Test Biokimia
berdasarkan uji
- Bakteri ini tidak mampu menghasilkan indol (Uji indol)
- tidak mampu menghasilkan asam (Uji Metil Red /MR)
- mampu menghasilkan asetil metal karbinol (Uji Voger Proskauer/VP)
- tidak mampu menghasilkan sitrat (Uji Citrat)
- mampu menghasilkan urea (Uji Urease)
- tidak mampu bergerak dan menghasilkan gelatin
- mampu menghasilkan glukosa, laktosa, manitol, sukrosa, inostitol, adonitol, salicin
Media
yang digunakan untuk reaksi biokimia adalah (Gani A, 2003) :
1. Triple Sugar Iron agar (TSIA)
Media ini terdiri dari 0,1 % glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa, fernik sulfat untuk pendeteksian produksi H2S, protein, dan indicator Phenol red. Klebsiella bersifat alkali acid, alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina yang bersifat alkali denga adanya phenol red maka terbentuk warna merah, Klebsiella memfermentasi glukosa yang bersifat asam sehingga terbentuk warna kuning (Jawtz, et al, 2001).
2. Sulfur Indol Motility (SIM)
Media SIM adalah perbenihan semi solid yang dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S, indol dan motility dari bakteri. Hampir semua bakteri Klebsiella membentuk indol kecuali tipe pneumonia dan ozaenae. Motility negatif sesuai dengan morfologi Klebsiella yang tidak memiliki flagella. sedangkan pembentukan H2S juga tak terlihat pada semua jenis Klebsiella
3. Citrate
Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon akan menghasilkan natrium karbonat yang bersifat alkali, dengan adanya indicator brom tymol blue menyebabkan terjadinya warna biru. Pada bakteri Klebsiella, hanya jenis rhinos yang tidak memanfaatkan sitrat, sehingga pada penanaman media sitrat hasilnya negative. Sedangkan spesies Klebsiella lainnya seperti pneumonia, oxytoca, dan ozaenae menunjukkan hasil positif pada media ini.
4. Urea
Bakteri tertentu dapat menghidolisis urea dan membentuk ammonia dengan terbentunya wana merah karena adanya indicator phenol red, Klebsiella pada media urea memiliki pertumbuhan yang lambat memberikan hasil positif pada pneumonia, oxytoca atau bisa juga ozaenae karena Klebsiella juga ada beberapa yang mampu menghidrolisis urea dan membentuk ammonia.
5. Methyl red
Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa bakteri yang memproduksi asam kuat sebagai hasil fermentasi dari glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan penambahan larutan methyl red. Hampir semua Klebsiella sp memproduksi asam yang kuat sehingga pada penambahan larutan methyl red terbentuk warna merah, kecuali pada pneumonia dan oxytoca yang juga dapat memberikan hasil negative
6. Voges Proskauer
Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl metyl carbinol dari ferentasi glukosa yang dapat diketahui dengan penambahan larutan voges proskauer, Klebsiella ozaenae dan rhinos tidak memproduksi acetyl methyl carbinol sehingga penanaman pada media ini meberikan hasil negative, berbeda dengan jenis pneumonia dan oxytoca yang mampu memberikan hasil positif pada media ini.
7. Fermentasi Karbohidrat
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media terlihat berwarna kuning karena perubahan pH menjadi asam. Klebsiella sp memfermentasi glukosa, maltose sedangkan sukrosa tidak difermentasikan pada jenis rhinos atau bisa juga ozaenae.
1. Triple Sugar Iron agar (TSIA)
Media ini terdiri dari 0,1 % glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa, fernik sulfat untuk pendeteksian produksi H2S, protein, dan indicator Phenol red. Klebsiella bersifat alkali acid, alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina yang bersifat alkali denga adanya phenol red maka terbentuk warna merah, Klebsiella memfermentasi glukosa yang bersifat asam sehingga terbentuk warna kuning (Jawtz, et al, 2001).
2. Sulfur Indol Motility (SIM)
Media SIM adalah perbenihan semi solid yang dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S, indol dan motility dari bakteri. Hampir semua bakteri Klebsiella membentuk indol kecuali tipe pneumonia dan ozaenae. Motility negatif sesuai dengan morfologi Klebsiella yang tidak memiliki flagella. sedangkan pembentukan H2S juga tak terlihat pada semua jenis Klebsiella
3. Citrate
Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon akan menghasilkan natrium karbonat yang bersifat alkali, dengan adanya indicator brom tymol blue menyebabkan terjadinya warna biru. Pada bakteri Klebsiella, hanya jenis rhinos yang tidak memanfaatkan sitrat, sehingga pada penanaman media sitrat hasilnya negative. Sedangkan spesies Klebsiella lainnya seperti pneumonia, oxytoca, dan ozaenae menunjukkan hasil positif pada media ini.
4. Urea
Bakteri tertentu dapat menghidolisis urea dan membentuk ammonia dengan terbentunya wana merah karena adanya indicator phenol red, Klebsiella pada media urea memiliki pertumbuhan yang lambat memberikan hasil positif pada pneumonia, oxytoca atau bisa juga ozaenae karena Klebsiella juga ada beberapa yang mampu menghidrolisis urea dan membentuk ammonia.
5. Methyl red
Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa bakteri yang memproduksi asam kuat sebagai hasil fermentasi dari glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan penambahan larutan methyl red. Hampir semua Klebsiella sp memproduksi asam yang kuat sehingga pada penambahan larutan methyl red terbentuk warna merah, kecuali pada pneumonia dan oxytoca yang juga dapat memberikan hasil negative
6. Voges Proskauer
Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl metyl carbinol dari ferentasi glukosa yang dapat diketahui dengan penambahan larutan voges proskauer, Klebsiella ozaenae dan rhinos tidak memproduksi acetyl methyl carbinol sehingga penanaman pada media ini meberikan hasil negative, berbeda dengan jenis pneumonia dan oxytoca yang mampu memberikan hasil positif pada media ini.
7. Fermentasi Karbohidrat
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media terlihat berwarna kuning karena perubahan pH menjadi asam. Klebsiella sp memfermentasi glukosa, maltose sedangkan sukrosa tidak difermentasikan pada jenis rhinos atau bisa juga ozaenae.
5.
Patogenesitas
1.
Kapsul
memiliki kemampuan untuk mempertahankan organisme terhadap fagositosis dan
pembunuhan oleh serum normal.
2.
Galur
yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang tidak berkapsul (pada hewan
coba)
3.
Tidak
ada toksin selain endotoksin yang berperan pada infeksi oportunistik
4.
Galur
klebsiella pneumonia ada yang memproduksi enterotoksin (pernah diisolasi dari
penderita tropical sprue) toksin ini mirip dengan ST (tahan panas) dan LT
(heat-labile enterotoksin) dari E.coli,kemampuan memproduksi toksin ini
diperantarai oleh plasmid
6.
Epidemologi dan Jenis-jenis
Klebsiella
Bakteri
Klebsiella terdapat di mana-mana. Koloninya bisa ditemukan di kulit,
kerongkongan, ataupun saluran pencernaan. Bahkan, bakteri ini juga bisa ada
pada luka steril dan air kencing (urin). Sebenarnya, bakteri golongan ini
mungkin saja ada sebagai flora alami ‘penghuni” usus besar dan kecil. Adapun
pergerakan bakteri ini ke organ lain dikaitkan dengan lemahnya daya tahan
penderita.
Klebsiella
pneumonia merupakan jenis bakteri golongan Klebsiellae yang banyak menginfeksi
manusia. Ia adalah kuman oportunis yang ditemukan pada lapisan mukosa mamalia,
terutama paru-paru. Penyebarannya sangat cepat, terutama diantara orang-orang
yang sedang terinfeksi bakteri-bakteri ini. Gejalanya berupa pendarahan dan
penebalan lapisan mukosa organ. Bakteri ini juga merupakan salah satu bakteri
yang menyebabkan penyakit bronchitis.
Klebsiella
rhinoscleromatis dan KlebsieIla ozena adalah dua bakteri Klebsiella penyebab
penyakit langka. Rhinoschleroma sendiri adalah penyakit peradangan serius yang
terjadi pada rongga hidung. Sedangkan, ozaena adalah sejenis penyakit rhinitis
atrofi.
Klebsiella
pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena mempunyai dua tipe antigen pada
permukaan selnya:
- Antigen O
Antigen
O adalah lipopolisakarida yang terdapat dalam sembilan varietas.
- Antigen K
Antigen
K adalah polisakarida yang dikelilingi oleh kapsula dengan lebih dari 80
varietas.
Kedua
antigen ini meningkatkan patogenitas Klebsiella pneumonia.
Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu memproduksi enzim ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan kerja berbagai jenis antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan bakteri kebal dan menjadi sulit dilumpuhkan.
Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu memproduksi enzim ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan kerja berbagai jenis antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan bakteri kebal dan menjadi sulit dilumpuhkan.
Cara
penularan ( infeksi ) dari Klebsiella pneumonia pada pasien rawat inap dapat
melalui 3 cara, yaitu :
a) Aspirasi cairan gaster atau
orofaring yang mengandung koloni kuman patogen.
b) Penyebaran kuman secara
hematogen ke paru
c) Penyebaran melalui udara oleh
aerosol atau droplet yang mengandung mikroba.
7.
Gejala-gejala seseorang yang
terinfeksi Klebsiella
Pada
umumnya, gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri golongan Klebsiellae
adalah sama. Akan tetapi, setiap penyakit berdasarkan jenis spesies Klebsiella-nya
masing-masing punya ciri khas.
Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit paru-paru memberikan
penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus kiri dan kanan
paru-paru menjadi tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis);
penebalan dinding mukosa; dan dahak berdarah. Sedangkan, Klebsiella
rhinoscleromatis dan Klebsiella ozaenae yang menyebabkan rinoschleroma
dan ozaena memberikan gejala pembentukan granul (bintik-bintik), gangguan
hidung, benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung), sakit
kepala, serta ingus hijau dan berbau.
Gejala-gejala
seseorang yang terinfeksi Klebsiella pneumonia adalah napas cepat dan napas
sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi
pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai
kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun
sampai kurang dari 5 tahun. Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau
(juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada
sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai
kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pneumonia sangat
berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral
dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat
ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau
(juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam,
batuk-batuk, perubahan karakteristik dahak, suhu tubuh lebih dari 38 º C.
Gejala yang lain, yaitu apabila pada pemeriksaan fisik ditemukan suara napas
bronkhial, bronkhi dan leukosit lebih dari 10.000 atau kurang dari 4500/uL.
Pada
pasien usia lanjut atau pasien dengan respon imun rendah, gejala pneumonia
tidak khas, yaitu berupa gejala non pernafasan seperti pusing, perburukan dari
penyakit yang sudah ada sebelumnya dan pingsan. Biasanya frekuensi napas
bertambah cepat dan jarang ditemukan demam. Beberapa jenis Klebsiella pneumonia
dapat diobati dengan antibiotik, khususnya antibiotik yang mengandung cincin
beta-laktam.
Contoh
antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxicilline, dll. Dari
hasil penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas
98,4% terhadap meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap
kloramfenikol, 80 % terhadap siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain
baru dari Klebsiella pneumoniakebal terhadap berbagai jenis antibiotik dan
sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk menemukan obat yang tepat
untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.
8.
Patologi
rhinoskleroma
Rinoskleroma terbagi
menjadi tiga stadium, yaitu stadium I, II, dan III. Pada stadium I,
gejala-gelaja yang dirasakan penderita tidak khas, seperti rinitis biasa.
Dimulai dengan keluarnya cairan hidung encer, sakit kepala, sumbatan hidung
yang berkepanjangan, kemudian diikuti dengan pengeluaran cairan mukopurulen
berbau busuk yang dapat mengakibatkan gangguan penciuman.
Stadium
II ditandai dengan hilangnya gejala rinitis. Pada stadium ini terjadi
pertumbuhan yang disebut nodular submucous infiltration di mukosa hidung yang
tampak sebagai bintil di permukaan hidung. Lama-lama,
bintil ini bergabung menjadi satu massa bintil yang sangat besar, mudah
berdarah, kemerahan, tertutup mukosa dengan konsistensi padat seperti tulang
rawan. Kemudian membesar ke arah posterior (belakang) maupun ke depan
(anterior). Sedangkan pada stadium III, massa secara perlahan-lahan membentuk
struktur jaringan lunak. Jaringan ini bisa menyempitkan jalan napas. Proses
yang sama seperti di hidung dapat juga terjadi pada mulut, tenggorokan, dan paru-paru.
9. Diagnosa
Laboratorium
Pada pemerikasaan laboratorium
terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/µl kadang-kadang
mencapai 30.000/µl, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran kekiri
serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Klebsiella
pneumonia menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi tempat lain di samping
saluran pernafasan. Klebsiella merupakan suatu bakteri yang menimbulkan
penyakit infeksi saluran pernapasan atas (hidung) yang kronis dan endemik di berbagai negara, termasuk
Indonesia. Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena mempunyai dua
tipe antigen pada permukaan selnya :
a. Antigen
b. Antegen K
2.
Saran
Semoga
dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui bahaya dari Klebsiella dan
dapat mengobati atau minimalkan terjadinya penyakit yang ditimbulkan oleh
Klebsiella sedini mungkin.
Daftar pustaka
Anonim,
2007, Pneumonia dan Pengatasannya, www.medistra.com, diakses tanggal 27 november 2013, pukul 17.15 WITA
Anonim,
2007, Klebsiella Pneumonia, id.wikipedia.org, diakses tanggal 25
november 2013
Carpenter,
J.L., 1990, Klebsiella pulmonary infections: occurrence at one medical
center and review, Rev Infect Dis
Jawetz,
E., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Rahardja,
F., 2006, Efek Kombinasi Ampisilin dan Klorampenikol Terhadap Streptococcus
pneumoniae dan Klebsiella pneumonia,Departemen Farmasi ITB, Bandung
Gani,
A. 2003, Mikrobiologi sederhana.
Media utama, Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar