LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN
Identifikasi Metanil Yellow
pada Fruitamin
OLEH:
NAMA : MAX
S. MAUPADA
NIM : PO.
530333312 1239
DOSEN PEMBIMBING : MELIANCE BRIA S.Si
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Pada
dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat aditif
makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah, zat aditif makanan di
definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan
untuk meningkatkan mutu. Disini zat aditif makanan sudah termasuk : pewarna,
penyedap, pengawet, pemantap, antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat,
pengental, dan anti gumpal.
Bahan
pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan
pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna
yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI
Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi
seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan
pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai
bahan pangan.Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu
logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut
antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk
pangan, dan disamping itu harga zat pewarna untuk industry jauh lebih murah
dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan.
Bahan pewarna
yang sering digunakan dalam makanan olahan terdiri dari pewarna sintetis
(buatan) dan pewarna natural (alami).Pewarna sintetis terbuat dari bahan-bahan
kimia, seperti tartrazin untuk warna kuning atau allura red untuk warna
merah.Kadang-kadang pengusaha yang nakal menggunakan pewarna bukan makanan (non
food grade).
untuk
memberikan warna pada makanan, dandemi mengeruk keuntungan ada yang menggunakan pewarna tekstil untuk makanan. Ada
yang menggunakan Metanil Yellow yang adalah pewarna
tekstil untuk mewarnai kerupuk, minuman sirup, bahkan Sari buah.Padahal,penggunaan pewarna jenis itu dilarang keras.Hal ini tentu saja dapat
berdampak buruk bagi kesehatan mereka terutama perkembangan otak. Karena
kandungan bahan tambahan berbahaya selain dapat merusak tubuh juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel otak bagi anak-anak.
Pengaruh buruk dari adanya bahan tambahan makanan berbahaya juga berdampak bagi
orang dewasa. Jika orang dewasa mengkonsumsi makanan atau minuman yang
mengandung zat tambahan berbahaya dalam jangka waktu yang cukup lama maka akan
menimbulkan resiko timbulnya penyakit mematikan seperti kanker.
Dengan demikian praktikum ini di lakukan mahasiswa dan
mahasiswi untuk
melakukan praktikum Identifikasi Zat Pewarna dalam makanan dan minuman karena
kandungan bahan tambahan pangan sangat berbahaya bagi siapa saja yang
mengkonsumsi dan tersebar dimana-mana.
II. TUJUAN
Tujuan dari pelaksanaan praktikum adalah untuk Mengetahui ada tidaknya Metanil Yellow pada zat
atau sampel uji fruitamin.
III. METODE
Metode yang
digunakan adalah Kromatografi Lapis Tipis, dimana dilakukan pemisahan yang
terdiri dari fase dia berupa silica gel dan larutan pengembang berupa fase
gerak yang digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya Metanil Yellow dalam
sampel fruitamin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan Tambahan Makanan
adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah
sedikit, yaitu untuk memperbaikiwarna, bentuk, cita rasa, tekstur atau
memperpanjang daya simpan. Tujuan menggunakan Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah
dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan,
membuat bahan lebih mudah dihidangkan serta memperbaiki preparasi bahan
pangan. Diantara beberapa bahan tambahan makanan yang sering digunakan
adalah pemanis dan pewarnasintetis(Winarno,2004).
A.
Zat pewarna
Zat Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna
makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk
memberi warna pada makanan agar kelihatan lebih menarik(Winarno,2004).
Berdasarkan sumbernya, zat pewarna dibagi menjadi dua golongan yaitu pewarna
alami dan pewarna buatan.
1. Pewarna Alami
Pewarna alami adalah
pewarna yang zat warnanya diperoleh dari hewan dan tumbuh-tumbuhan seperti:
karamel, coklat, daun suji, daun pandan dan kunyit.
Jenis-jenis
pewarna alami tersebut antara lain:
a) Klorofil; yaitu zat warna alami
hijau yang terdapat pada daun
b) Mioglobulin dan Hemoglobin;
adalah zat warna merah pada daging.
c) Karotenoid; adalah kelompok
pigmen yang berwarna orange, merah orange dan larut dalam lipid.
d) Anthosiamin dan Anthoxanthim;
warna pigmen merah, biru violet terdapat pada buah dan sayur-sayuran.
2. Pewarna Sintesis / Buatan
(certified color)
Ada 2 macam yang
tergolong Certified Color yaitu Dye danLake. Keduanya
adalah zat pewarna buatan. Zat pewarna yang termasuk golongan dye telah
melalui prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Food
and Drug Administration (FDA). Sedangkan zat pewarna lake yang hanya
terdiri dari 1 warna dasar, tidak merupakan warna campuran, juga harus mendapat
sertifikat. Dalam certified color terdapat spesifikasi yang
mencantumkan keterangan penting mengenai zat pewarna tertentu, misalnya
berbentuk garam, kelarutan dan residu yang terdapat didalamnya.
Pewarna sintesis memiliki
kelebihan yaitu warnanya homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya
memerlukan jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi kelemahannya adalah jika
pada saat proses terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya.Dengan
perkembangan teknologi pengolahan bahan makanan yang sangat
pesat, maka bahan-bahan tambahan yang sengaja ditambahkan ke dalam bahanmakanan semakin banyak jumlahnya(Sudarmadji, 1996).
pesat, maka bahan-bahan tambahan yang sengaja ditambahkan ke dalam bahanmakanan semakin banyak jumlahnya(Sudarmadji, 1996).
Beberapa zat pewarna sintetis yang berakibat pada gangguan
kesehatan seperti:
1. Rhodamin-B
menyebabkan gangguan fungsi hati atau kanker hati.
2. Tartazine
dan Methanil yellow menyebabkan tumor di
ginjaldanadrenal.
3. Quinoline
yellow dan carmine menyebabkan anak menjadi hiperaktif dan
menimbulkan reaksi alergik.
4. Erythrosine
menyebabkan tumor thyroid.
5. Amaranth
menyebabkan kanker dan keracunan yang mempercepat kematian(Yulianti,2007).
B. Metanil Yellow
Metanil yellow
merupakan pewarna golongan azo, dimana dalam
strukturnya terdapat ikatan N=N (lihat gambar). Metanil yellow dengan warna
kuning (Tabel 1) dibuat dari asam metanilat dan difenilamin (Nainggolan, dan
Sihombing, 1984)
strukturnya terdapat ikatan N=N (lihat gambar). Metanil yellow dengan warna
kuning (Tabel 1) dibuat dari asam metanilat dan difenilamin (Nainggolan, dan
Sihombing, 1984)
Gambar struktur kimia metanil yellow.
Tabel Data Metanil Yellow
No
|
Keterangan
|
Penjelasan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
BM
Rumus
molekul
Nomor CAS
RTECS
Kelarutan
Sinonim
Warna
Lain - lain
|
378,38
g/mol
C18H14N3NaO3S
587-98-4
DB 7329500
Larut dalam
air dingin
Acid Yellow 36 Tropacolin G,
3-{(4-(Phenylamino)phenil)azo} benzenesulfonic acid monosodium salt
Kuning
Produk degradasi lebih toksik
|
Metanil Yellowmerupakan zat warna sintetis berbentuk
serbuk padat berwarna kuning kecoklatan, larut dalam air, agak larut dalam
aseton.Metanil yellow bersifat sangat stabil. Metanil yellow biasa digunakan
untuk mewarnai wool, nilon, kulit, kertas, cat, alumunium, detergen, kayu,dan bulu. Metanil yellow tidak boleh digunakan untuk
minuman, makanan, obat-obatan, kosmetik karena
dalam paparan waktu lama dapat menyebabkan kanker pada saluran kemih dan
kandung kemih(MENKES RI, 1985).
Pewarna
kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata
dan tertelan.Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan,
iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker padakandung kemih dan salurankemih.Apabila tertelan
dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan
tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker pada
kandung kemih dan saluran
kemih(Anonim, 2008).
Metanil Yellow
biasanya terdapat pada saos, kerupuk, agar-agar (jelly), minuman
ringan, sirup, es puter dan jajanan basah, Sari buah, dan lain-lain. Ciri Makanan yang Menggunakan
PewarnaMetanil Yellowadalah :
1. Warnanya mencolok
2. Cerah mengilap
3. Warnanya tidak homogen (ada yang menggumpal)
4. Ada sedikit rasa pahit
5. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah
mengonsumsinya (syah,2005).
C. KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik
pemisahantertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua
faseyaitusuatu fase tetap (stationary) dan yang lain fase bergerak (mobile). Pemisahanpemisahantergantung pada
gerakan relatif dari dua fase ini (Riduan, 2000).
Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatogafi
lapis tipis (KLT)adalah yang paling cocok untuk analisis Bahan kimia di laboratorium.Kromatografi Lapis
Tipis dapat digunakan untuk memisahkan berbagaisenyawa seperti ion-ion
anorganik, kompleks senyawa-senyawa organik dengananorganik, dan
senyawa-senyawa organik baik yang terdapat di alam dansenyawa-senyawa organik
sintetik.KLT merupakan kromatografi adsorbsi danadsorben bertindak sebagai fase
stasioner.Empat macam adsorbsi danadsorbenbertindak sebagai fase stasioner.
Empat macam adsorben yang umumdipakai(Stahl,1985).adsorben tersebut ialah silika gel (asam silikat),
alumina (aluminium oxyde), kieselguhr(diatomeusearth) dan selulosa. Dari
keempat jenis adsorben tersebut yangpaling banyakdipakai ialah silika gel
karena hampir semua senyawa zat dapat dipisahkan olehjenis adsorben inidan
masing-masing terdiri dari beberapa jenis yangmempunyai nama perdagangan
bermacam-macam (Adnan, 1997).
Silika gel yang digunakan kebanyakan diberi pengikat
(binder) yangdimaksud untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah
adhesi padagelas penyokong.Sifat-sifat umum dari penyerap-penyerap untuk
kromatografilapisan tipis adalah mirip dengan sifat-sifat penyerap untuk
kromatografi kolom.Dua sifat yang penting dari penyerap adalah besar partikel
dan homogenitasnya,karena adhesi terhadap penyokong sangat bergantung pada
mereka(Budianto, 2008).
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau
beberapapelarut.Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori,
karena adagaya kapiler.Jika
fase gerak dan fasediam telah dipilih dengantepat, bercak cuplikan awal
dipisahkan menjadi sederet bercak, masing-masingbercak diharapkan merupakan
komponen tunggal dari campuran..Pemilihan
sistem pelarut yang dipakai didasarkan atasPerbedaanmigrasi yang merupakan dasar pemisahan kromatografi,
tanpa perbedaan dalamkecepatan migrasi dari 2 senyawa, tidak mungkin terjadi
pemisahan ((Stahl, 1985).
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan
tipis lebihbaik dikerjakan dengan pereaksi lokasi kimia dan reaksi-reaksi
warna. Tetapilazimnya untuk identifikasi menggunakan harga Rf meskipun
harga-harga Rf. dalam
lapisan tipis kurang tepat bila dibandingkan pada kromatografi kertas.Seperti
halnya pada kromatografi kertas harga Rfdidefinisikansebagaiberikut:
Terdapat
berbagai kemungkinan untuk deteksi senyawa dan warna padakromatogram.Deteksi
paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkanpenyerapan di daerah UV
gelombang pendek (radiasi utama pada kira-kira 254nm) atau gelombang panjang
(365nm) (Stahl, 1985).
BAB III
METODE KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
a.
Labu ukur 50
ml, 100 ml
b.
Benang wol
bebas lemak (30 cm)
c.
Penangas air
d.
Kertas whatman
e.
Mikopipet 50 µl
f.
Chamber
g.
Gelas ukur 10
ml, 50 ml
h.
Pipet volume 5
ml, 10 ml
i.
Bekker glass 50
ml
j.
Erlenmeyer 250
ml
k.
Plate silica
gel GF 254
2.
Bahan
a.
Sampel fruitamin
b.
Asam acetat
encer 6 %
c.
Aquadest
d.
Ammonia 10 %
e.
Ethanol
f.
Standar baku
metanil yellow
g.
Asam asetat
glacial
h.
N-butanol
B. PROSEDUR KERJA
a.
Larutan uji (A)
Ø Masukan 30 ml cuplikan dalam labu 100 ml, asamkan sedikit
dengan asam asetat glacial encer 6% dan masukan benang wol bebas lemak
Ø Panaskan di atas tangas air sampai semua warna terisolasi
Ø Benang wol yang telah berwarna, dipisahkan dan dicuci
dengan air kemudian dimasukan ke dalam labu erlenmeyer 50 ml
Ø Tambahkan 10 % ammonia secukupnya, dipanaskan di atas
tangas air sampai benang wol tidak berwarna. Setelah benang wol dipisahkan ,
larutan dipekatkan
b.
Larutan Baku
(B)
Ø Timbang saksama 50 mg Metanil Yellow
Ø Larutkan dengan aquades secukupnya
Ø Tambahkan lagi aquadest sampai tanda batas labu 100 ml
c.
Posedur
Identifikasi
Ø Larutan A dan B ditotolkan secara terpisah pada
Kromatografi Lapis Tipis sebagai berikut :
Fase diam :
Plate silica gel
Fase gerak :
a)
N-butanol :
aquadest : asam asetat glasial = 20 : 12 : 5
b)
N-butanol
:etanol : aquades : ammonia = 42 : 28 : 28 : 1
Ø Dilakukan penjenuhan dengan kertas saring
Ø Pengukuran volume penotolan larutan A dan B masing-masing
10 µl
Ø Ukur jarak rambat sepanjang 15 cm
Ø Penentuan penampak bercak adalah cahaya tampak, bercak
berwana kuning.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. PERHITUNGAN
Data dan perhitungan hasil percobaan yang didasarkan atas
perbedaan nilai Rf adalah sebagai berikut :
a.
Larutan Uji (
sampel fruitamin)
Jarak rambat eluen = 13 cm
Jarak noda
sampel = 11 cm
Rf = Jarak noda sampel/ jarak rambat eluen
= 11/13
= 0,84
b.
Larutan baku
Metanil Yellow
Jarak rambat
eluen = 13 cm
Jarak noda
sampel = 10 cm
Rf = Jarak noda sampel/ jarak rambat eluen
= 10/13
= 0,76
2. HASIL
Berdasarkan perhitungan diatas,
Nilai Rf yang diperoleh dari larutan sampel (fruitamin)dan Larutan baku
(Metanil Yellow) adalah berbeda,
sehingga diperoleh hasil negatif
untuk pemeriksaan Metanil Yellow dalam sampel Fruitamin. Hasil dikatakan positif jika nilai Rf larutan Uji sama dengan nilai Rf larutan baku.
3. PEMBAHASAN
Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya menggunakan
lapis tipis silica atau alumina yag seragam pada sebuah lempengan gelas atau
logam atau plastic yang keras. Gel silica atau alumina mengandung substansi
dimana substansi tersebut dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet.
Sedangkan fase gerak kromatografi disebut juga dengan eluent. Eluen adalah fase
gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan ( feed ) untuk
melewati fase diam ( adsorbent ). Hal ini sangat
dipengaruhi oleh adnya interaksi adsorbent dan eluen.
Pada praktikum
kali ini, dilakukan
pengujian menggunakan metode kromatografi lapis tipis terhadap sampel Fruitamin.Sampelfruitamin diasamkan sedikit dengan asam asetat glacial 6
% dan dimasukan benang wol bebas lemak.Kemudian digambarkan garis- garis pembatas pada
lempengan. Panjang lempengan yang digunakan adalah 15 cm. Diberi garis yang berjarak 1 cm dari
dasar lempengan,
Sedangkan untuk bagian atas lempengan juga diberi garis yang berjarak 1 cm. Setelah diberi garis, ditetesi/
ditempeli sampel dan larutan standar pada garis bawah lempengan. Penetesan atau
penotolan sampel
dinamakan dengan pembuatan noda.Pembuatan noda sebaikanya menggunakan micropipet agar noda yang dibuat memiliki
diameter yang sesuai dengan diameter titik pada garis.Setelah dilakukan
pembuatan noda, dimasukkan lempengan kedalam wadah chamber yang telah berisi
larutan standar dimana batas pencelupannya adalah ketika permukaan larutan
sejajar dengan garis bawah lempengan.
Setelah dihitung, jarak yang ditempuh antara sampel terhadap
pelarutan dapat dinyatakan sebagai Rf. Rf atau Retardation Factor merupakan
parameter berapa jauh zat yang akan dipisahkan bergerak dibandingkan dengan
gerakan dari fase mobile pada waktu yang sama.
Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Jarak yang ditempuh oleh pelarut = 13 cm
Larutan
|
Jarak
|
Rf
|
Baku metanil Yellow
|
10
cm
|
0,76
|
Fruitamin
|
11
cm
|
0,84
|
Perbedaan
hasil Rf dari kedua larutan menunjukan bahwa hasil pemeriksaan adalah negatif. Pemeriksaan
dinyatakan positif apabila Rf antara larutan baku (metanil Yellow) dan lautan
sampel (Fruitamin) mempunyai nilai yang sama.
Hasil Negatif yang dipeoleh kemungkinan
berasal dari kesalahan yang
dilakukan oleh praktikan dalam penempelan sampel kedalam lempengan, sehingga
senyawa dalam sampel kurang menunjukkan pergerakan karena jumlahnya yang
sedikit.Selain itu, jumlah
sampel yang sedikit juga akan
memberikan pergerakan yang sedikit pula karena ada sebagian dari senyawa yang
terperangkap serta bagian yang akan kembali pada larutan dalam pelarut. Selain
itu, sampel dianggap mengandung ikatan hydrogen yang akan menyebabkan senyawa
banyak yang terserap. Dalam jumlah yang minim dan banyaknya
bagian senyawa yang terserap
merupakan penyebab utama dari tidak adanya pergerakan dari sampel.
Namun apabila sampel
yang ditempelkan terlalu banyak, maka akan menimbulkan suatu kondisi yang
dinamakan tailing atau munculnya ekor. Tailing atau ekor disebabkan oleh
aftinitas mol zat pada bahan penyerap yang lebih besar dibandingkan dengan
kemampuan fase bergerak untuk membawa zat- zat tersebut sehingga banyak bagian
dari zat tersebut yang akan tertinggal di fase tetap.
Namun tailing dapat diatasi dengan cara
melarutkan kembali zat- zat yang terserap kuat pada fase tetap dengan asam atau
dengan melakukan elusi secara bertahap dengan fase bergerak yang semakin polar.
Pemakaian fase bergerak yang semakin polar akan berdampak pada perambatan fase
yang semakin cepat. Namun apabila fase tetap yang digunakan bersifat sangat
polar justru akan memperlambat perambatan zat.
Jika terdapat hasil, dimana sampel bergerak dengan jarak melebihi
jarak yang ditempuh oleh pelarut, maka ada komponen lain yang terkandung dalam
sampel selain pelarut. Jarak yang ditempuh suatu senyawa dipengaruhi oleh
kelarutan senyawa dalam pelarut serta kemampuan senyawa untuk terperangkap
didalam fase diam. Senyawa hanya akan dapat bergerak ke atas pada lempengan
selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika ada senyawa yang terserap kedalam
gel silica, pelarut akan bergerak tanpa senyawa sehingga menimbulkan jarak yang
lebih panjang dibandingkan dengan senyawa.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa Sampel Fruitamin
dinyatakan negatif atau tidak mengandung Zat Metanil Yellow.
DAFTAR
PUSTAKA
Adnan.1997. Pemeriksaan Penyalahgunaan Rhodamin B Sebagai
PewarnaPada Sediaan Lipstik Yang Beredar Di pusat Pasar
Kota Medan. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara: Medan
Anonim.2008.zat berbahaya dalam
makanan.di dikunjungi.www.doktercantik.com
di akses pada pada
tanggal 19Maret 2014pukul12.12
Budianto, P.E. 2008. Analisis Rhodamin BDalam Saos dan
Cabe Giling Di
PasaranKecamatan Laweyan KotamadyaSurakarta dengan Metode KromatografiLapis
Tipis.
Menteri
Kesehatan RI. 1985. Nomor : 239/Menkes/Per/V/85 tentang zat warna
tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya.
Stahl. 1985.Analisis
Kandungan Rodamin B dan Natrium Benzoat. Surakarta
Sudarmadji. 1996. keamanan makanan.ol.jakarta
Nainggolan, G dan Sihombing. 1984. Rodamin B dan Metanil kuning (“Metanil
Nainggolan, G dan Sihombing. 1984. Rodamin B dan Metanil kuning (“Metanil
Yellow”) sebagai Penyebab Toksik
pada Mencit dan Tikus Percobaan. Unit penelitian gizi Diponegoro.
Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Depkes R.I : Jakarta.
Syah.2005.Manfaat
dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan
Teknologi Pertanian
IPB: CV.ANDI offset :92-93.
Winarno, F.G. 2004. Keamanan
Pangan. Himpunan Alumni Fakultas
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah:Bogor.
Yulianti, Nurheti. 2007. Awas ! Bahaya Dibalik lezatnya Makanan.Edisi Pertama:
Vania
Kupang, 24
maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar