Rabu, 27 November 2013

cara pembuatan media SGA



1.    MEDIA SGA
Alat dan bahan    :
1.    Erlenmeyer
2.    Timbangan
3.    Tangkai pengaduk
4.    Autoclave
5.    Oven

Cara kerja    :
1.    Ditimbang media SGA sebanyak yang diperlukan dalam erlenmeyer
2.    Lalu ditambahkan aquadest sebanyak 50 ml dan aduk hingga homogen
3.    Erlenmeyer yang berisi larutan tadi dipanaskan diatas api sambil diaduk-aduk hingga mendidih
4.    Kemudian erlenmeyer diangkat, mulut erlenmeyer ditutup dan di bungkus dengan koran serta diangkat dengan tali
5.    Lalu erlenmeyer dimasukkan dalam autoclave untuk sterilisasi selama 5 menit dengan suhu 121˚C
6.    Setelah media steril dimasukkan kedalam botol injeksi
7.    Botol injeksi yang berisi media dimiringkan agar slunt but, ditunggu media keras
8.    Media yang lebih dimasukkan dalam petridish





2.    MEDIA SDA


Media SDA banyak di gunakan untuk media jamur hususnya banyak ke jamur Aspargilus, di media ini pertumbuhan jamur akaan optimal di suhu 25 - 30 drajat celcius.
cara pembuatan SDA sebagai berikut :
Komposisi :
Peptone                                   : 10g
Glukose                                   : 40 g
Agar                                        : 15 g
Aquadest                                 : 1000 ml

Cara pembuatan :
Semua bahan tadi dicampur jadi satu, kemudian di seterisasi dengan di autoclave dengan suhu 121 derajat celcius selama 15 menit.kemudian setelah hangat2 kuku di tambahkan Chlorampenicol 50mg/l,dan di distribusikan ke petri atau tabung, ph.5,6 kurang lebih 0,2 dan suhu 25 drajat celsius




Thankz,,,,,,,,,,,,,

makalah bakteriologi "Klebsiella pneumoniae"



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya jualah sehingga kami selaku kelompok V dapat menyelesaikan makalah yang berjudul  Klebsiella pneumoniae” ini  tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun kami sangat harapkan demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.



DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................             i
Daftar Isi........................................................................................................             ii
BAB I PENDAHULUAN
1.                  Latar Belakang...................................................................................             1
2.                  Manfaat .............................................................................................             2
BAB II PEMBAHASAN
1.                  Klasifikasi Klebsiella.........................................................................             6
2.                  Morfologi dan Sifat-Sifat..................................................................             8
3.                  Sifat pertumbuhan.........................................................................................             9
4.                  Identifikasi.........................................................................................             9
5.                  Patogenesitas.....................................................................................             12
6.                  Epidemologi dan Jenis- Jenis Klebsiella............................................             12
7.                  Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi klebsiella.............................             13
8.                  Patologi Rhinosklekroma...................................................................             15
9.                  Diagnosis Laboratorium.....................................................................             16
BAB III PENUTUP
1.                  Kesimpulan........................................................................................             16
2.                  Saran..................................................................................................             16
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.                  Latar Belakang
Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumonia dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena jasanya, Klebsiella pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander. Klebsiella pneumonia adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella pneumonia tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil). Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumonia merupakan bakteri fakultatif anaerob.

2.                  Manfaat
Dengan berbagai referensi yang dibutuhkan semoga pembaca dapat mengambil manfaat dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari


BAB II
PEMBAHASAN

3.                  Klasifikasi Klebsiella pneumoniae

 










      Kingdom          :    Bacteria
      Phylum             :    Proteobacteria
Class                :    Gamma Proteobacteria
Orde                 :    Enterobacteriales
Family              :    Enterobacteriaceae
Genus               :    Klebsiella
Species             :    K. pneumonia

Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumonia dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena jasanya, Klebsiella pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander. Klebsiella pneumonia adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella pneumonia tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil). Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumonia merupakan bakteri fakultatif anaerob.
Klebsiella pneumonia menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi tempat lain di samping saluran pernafasan. Klebsiella merupakan suatu bakteri yang menimbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan atas (hidung) yang kronis dan  endemik di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bakteri ini diberi nama berdasarkan penemunya, yaitu Edwin Klebs, seorang ahli mikrobiologi Jerman di abad ke-19. Bakteri genus Klebsiella termasuk ke dalam suku Klebsiellae, anggota famili Enterobacteriaceae.
Klebsiella pneumonia/Fridlander bacillus ditemukan di dalam hidung, flora normal usus dan akan patogen bila menderita penyakit lain (penyakit paru-paru yang kronis).
1.                  Klebsiella ozaena penyebab penyakit azoena : mukosa hidung menjadi atrpopis progresif dan berlendir serta berbau amis
2.                  Klebsiella rhinoscleromatis : penyebab penyakit rhinocleloma yaitu penyakit menahun berupa granula dengan tanda-tanda sclerosis dan hipertropi jaringan dan menyebabkan kerusakan hidung dan farings.
3.                  Klebsiella aerogenes/Aerobacter aerogenes
Kuman ini mempunyai sifat sama dengan E. coli, terdapat di air, tanah, sampah dan lain sebagainya.
Klebsiella pneumonia dapat memfermentasikan laktosa. Pada test dengan indol, lebsiella pneumonia akan menunjukkan hasil negatif. Klebsiella pneumonia dapat mereduksi nitrat. Klebsiella pneumonia banyak ditemukan di mulut, kulit, dan sal usus, namun habitat alami dari Klebsiella pneumonia adalah di tanah.
Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella pneumonia dapat berupa pneumonia komuniti atau community acquired pnuemonia. Pneumonia komuniti atau community acquired pnuemonia adalah pneumonia yang di dapatkan dari masyarakat. Strain baru dari Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan pneumonia nosomikal atau hospitality acquired pneumonia, yang berarti penyakit peumonia tersebut di dapatkan saat pasien berada di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.
Klebsiella pneumonia umumnya menyerang orang dengan kekebalan tubuh lemah, seperti alkoholis, orang dengan penyakit diabetes dan orang dengan penyakit kronik paru-paru.

2.                  Morfologi dan sifat – sifat
a.                   Bentuk batang, Gram negatif
b.                  Ukuran 0,5 – 1,5 x 1 – 2 µ
c.                   Mempunyai selubung yang lebarnya 2 – 3 x ukuran kuman
d.                  Tidak berspora, tidak berflagela
e.                   Menguraikan laktosa
f.                   Membentuk kapsul baik invivo atau invitro, sehingga koloni berlendir (mukoid)
g.                  Kapsul terdiri dari antigen K dan antigen M dapat menutupi antigen O, berdasarkan antigen ini ditemukan 70 tipe dan penentuan dengan



3.        Sifat Pertumbuhan
Coliform ini dapat tumbuh subur dan cepat pada media sederhana, aerobic dan anaerobic fakultatif,  dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam (6 – 7,8) dan gas pada pengeraman 37oC selama 24-48 jam. Spesies yang termasuk golongan Coliform antara lain Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, dan Klebsiella pneumonia.

4.   Identifikasi
a.                   Gambaran Koloni
Koloni bekteri ini berbentuk bulat, tepi koloni rata, cembung, koloni ini terlihat tampak berlendir, dan berwarna abu-abu.

Gambar koloni S.pneumoniae dalam media mack konkey







b.    Test Biokimia berdasarkan uji
  • Bakteri ini tidak mampu menghasilkan indol (Uji indol)
  • tidak mampu menghasilkan asam (Uji Metil Red /MR)
  • mampu menghasilkan asetil metal karbinol (Uji Voger Proskauer/VP)
  • tidak mampu menghasilkan sitrat (Uji Citrat)
  • mampu menghasilkan urea (Uji Urease)
  • tidak mampu bergerak dan menghasilkan gelatin
  • mampu menghasilkan glukosa, laktosa, manitol, sukrosa, inostitol, adonitol, salicin
Media yang digunakan untuk reaksi biokimia adalah (Gani A, 2003) :
1.    Triple Sugar Iron agar (TSIA)
Media ini terdiri dari 0,1 % glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa, fernik sulfat untuk pendeteksian produksi H2S, protein, dan indicator Phenol red. Klebsiella bersifat alkali acid, alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina yang bersifat alkali denga adanya phenol red maka terbentuk warna merah, Klebsiella memfermentasi glukosa yang bersifat asam sehingga terbentuk warna kuning (Jawtz, et al, 2001).
2.    Sulfur Indol Motility (SIM)
Media SIM adalah perbenihan semi solid yang dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S, indol dan motility dari bakteri. Hampir semua bakteri Klebsiella membentuk indol kecuali tipe pneumonia dan ozaenae. Motility negatif sesuai dengan morfologi Klebsiella yang tidak memiliki flagella. sedangkan pembentukan H2S  juga tak terlihat pada semua jenis Klebsiella
3.    Citrate
Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon akan menghasilkan natrium karbonat yang bersifat alkali, dengan adanya indicator brom tymol blue menyebabkan terjadinya warna biru. Pada bakteri Klebsiella, hanya jenis rhinos yang tidak memanfaatkan sitrat, sehingga pada penanaman media sitrat hasilnya negative. Sedangkan spesies Klebsiella lainnya seperti pneumonia, oxytoca, dan ozaenae  menunjukkan hasil positif pada media ini.
4.    Urea
Bakteri tertentu dapat menghidolisis urea dan membentuk ammonia dengan terbentunya wana merah karena adanya indicator phenol red, Klebsiella pada media urea memiliki pertumbuhan yang lambat memberikan hasil positif pada pneumonia, oxytoca atau bisa  juga ozaenae karena Klebsiella juga ada beberapa yang mampu  menghidrolisis urea dan  membentuk ammonia.
5.    Methyl red
Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa bakteri yang memproduksi asam kuat sebagai hasil fermentasi dari glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan penambahan larutan methyl red. Hampir semua Klebsiella sp memproduksi asam yang kuat sehingga pada penambahan larutan methyl red terbentuk warna merah, kecuali pada pneumonia dan oxytoca yang juga dapat memberikan hasil negative
6.    Voges Proskauer
Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl metyl carbinol dari ferentasi glukosa yang dapat diketahui dengan penambahan larutan voges proskauer, Klebsiella ozaenae dan rhinos tidak memproduksi acetyl methyl carbinol sehingga penanaman pada media ini meberikan hasil negative, berbeda dengan jenis pneumonia dan oxytoca yang mampu memberikan hasil positif pada media ini.
7.    Fermentasi Karbohidrat
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media terlihat berwarna kuning karena perubahan pH menjadi asam. Klebsiella sp memfermentasi glukosa, maltose sedangkan sukrosa tidak difermentasikan pada jenis rhinos atau bisa juga ozaenae.

5.                   Patogenesitas
1.                  Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan organisme terhadap fagositosis dan pembunuhan oleh serum normal.
2.                  Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang tidak berkapsul (pada hewan coba)
3.                  Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan pada infeksi oportunistik
4.                  Galur klebsiella pneumonia ada yang memproduksi enterotoksin (pernah diisolasi dari penderita tropical sprue) toksin ini mirip dengan ST (tahan panas) dan LT (heat-labile enterotoksin) dari E.coli,kemampuan memproduksi toksin ini diperantarai oleh  plasmid

6.    Epidemologi dan Jenis-jenis Klebsiella
Bakteri Klebsiella terdapat di mana-mana. Koloninya bisa ditemukan di kulit, kerongkongan, ataupun saluran pencernaan. Bahkan, bakteri ini juga bisa ada pada luka steril dan air kencing (urin). Sebenarnya, bakteri golongan ini mungkin saja ada sebagai flora alami ‘penghuni” usus besar dan kecil. Adapun pergerakan bakteri ini ke organ lain dikaitkan dengan lemahnya daya tahan penderita.
Klebsiella pneumonia merupakan jenis bakteri golongan Klebsiellae yang banyak menginfeksi manusia. Ia adalah kuman oportunis yang ditemukan pada lapisan mukosa mamalia, terutama paru-paru. Penyebarannya sangat cepat, terutama diantara orang-orang yang sedang terinfeksi bakteri-bakteri ini. Gejalanya berupa pendarahan dan penebalan lapisan mukosa organ. Bakteri ini juga merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit bronchitis.
Klebsiella rhinoscleromatis dan KlebsieIla ozena adalah dua bakteri Klebsiella penyebab penyakit langka. Rhinoschleroma sendiri adalah penyakit peradangan serius yang terjadi pada rongga hidung. Sedangkan, ozaena adalah sejenis penyakit rhinitis atrofi.
Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena mempunyai dua tipe antigen pada permukaan selnya:
  1. Antigen O
Antigen O adalah lipopolisakarida yang terdapat dalam sembilan varietas.
  1. Antigen K
Antigen K adalah polisakarida yang dikelilingi oleh kapsula dengan lebih dari 80 varietas.
Kedua antigen ini meningkatkan patogenitas Klebsiella pneumonia.
Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu memproduksi enzim ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan kerja berbagai jenis antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan bakteri kebal dan menjadi sulit dilumpuhkan.
Cara penularan ( infeksi ) dari Klebsiella pneumonia pada pasien rawat inap dapat melalui 3 cara, yaitu :
a)      Aspirasi cairan gaster atau orofaring yang mengandung koloni kuman patogen.
b)      Penyebaran kuman secara hematogen ke paru
c)      Penyebaran melalui udara oleh aerosol atau droplet yang mengandung mikroba.

7.             Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella
Pada umumnya, gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri golongan Klebsiellae adalah sama. Akan tetapi, setiap penyakit berdasarkan jenis spesies Klebsiella-nya masing-masing punya ciri khas.
Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit paru-paru memberikan penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus kiri dan kanan paru-paru menjadi tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis); penebalan dinding mukosa; dan dahak berdarah. Sedangkan, Klebsiella rhinoscleromatis dan Klebsiella ozaenae yang menyebabkan rinoschleroma dan ozaena memberikan gejala pembentukan granul (bintik-bintik), gangguan hidung, benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung), sakit kepala, serta ingus hijau dan berbau.
Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella pneumonia adalah napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam, batuk-batuk, perubahan karakteristik dahak, suhu tubuh lebih dari 38 º C. Gejala yang lain, yaitu apabila pada pemeriksaan fisik ditemukan suara napas bronkhial, bronkhi dan leukosit lebih dari 10.000 atau kurang dari 4500/uL.
Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan respon imun rendah, gejala pneumonia tidak khas, yaitu berupa gejala non pernafasan seperti pusing, perburukan dari penyakit yang sudah ada sebelumnya dan pingsan. Biasanya frekuensi napas bertambah cepat dan jarang ditemukan demam. Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik, khususnya antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam.
Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxicilline, dll. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dari Klebsiella pneumoniakebal terhadap berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk menemukan obat yang tepat untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.
8.                  Patologi rhinoskleroma
Rinoskleroma terbagi menjadi tiga stadium, yaitu stadium I, II, dan III. Pada stadium I, gejala-gelaja yang dirasakan penderita tidak khas, seperti rinitis biasa. Dimulai dengan keluarnya cairan hidung encer, sakit kepala, sumbatan hidung yang berkepanjangan, kemudian diikuti dengan pengeluaran cairan mukopurulen berbau busuk yang dapat mengakibatkan gangguan penciuman.
Stadium II ditandai dengan hilangnya gejala rinitis. Pada stadium ini terjadi pertumbuhan yang disebut nodular submucous infiltration di mukosa hidung yang tampak sebagai bintil di permukaan hidung. Lama-lama, bintil ini bergabung menjadi satu massa bintil yang sangat besar, mudah berdarah, kemerahan, tertutup mukosa dengan konsistensi padat seperti tulang rawan. Kemudian membesar ke arah posterior (belakang) maupun ke depan (anterior). Sedangkan pada stadium III, massa secara perlahan-lahan membentuk struktur jaringan lunak. Jaringan ini bisa menyempitkan jalan napas. Proses yang sama seperti di hidung dapat juga terjadi pada mulut, tenggorokan, dan paru-paru.




9.      Diagnosa Laboratorium
Pada pemerikasaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/µl kadang-kadang mencapai 30.000/µl, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran kekiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.


BAB III
PENUTUP

1.                  Kesimpulan
Klebsiella pneumonia menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi tempat lain di samping saluran pernafasan. Klebsiella merupakan suatu bakteri yang menimbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan atas (hidung) yang kronis dan  endemik di berbagai negara, termasuk Indonesia. Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena mempunyai dua tipe antigen pada permukaan selnya :
a.       Antigen
b.      Antegen K

2.                  Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui bahaya dari Klebsiella dan dapat mengobati atau minimalkan terjadinya penyakit yang ditimbulkan oleh Klebsiella sedini mungkin.


Daftar pustaka

Anonim, 2007, Pneumonia dan Pengatasannya, www.medistra.com, diakses tanggal 27 november 2013, pukul 17.15 WITA
Anonim, 2007, Klebsiella Pneumonia, id.wikipedia.org, diakses tanggal 25 november 2013
Carpenter, J.L., 1990, Klebsiella pulmonary infections: occurrence at one medical center and review, Rev Infect Dis
Jawetz, E., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Rahardja, F., 2006, Efek Kombinasi Ampisilin dan Klorampenikol Terhadap Streptococcus
pneumoniae dan Klebsiella pneumonia,Departemen Farmasi ITB, Bandung
Gani, A. 2003, Mikrobiologi sederhana. Media utama, Surabaya